Sutradara:
Ravi Bharwani
Produser:
Novialita, M Abduh Aziz, Shanty Harmayn, Ravi Bharwani
Penulis:
Ravi Bharwani, M Abduh Aziz, Armantono
Pemeran:
Clara Sinta, Levie Hardigan, Ria Irawan, Jabrik Gelanggang
Review:
1. Puisi Visual dalam Tradisi
Sebuah
desa kecil di Gunung Kidul yang gersang dan kering itu jauh dari kata
makmur. Namun desa itu memiliki seorang biduan cantik, seorang sinden
pujaan bernama Asih (Clara Sinta). Asih ditemani oleh seorang
pembantunya (Ria Irawan) yang setia melayani Asih setiap harinya. Johan
(Levie Hardigan), seorang meteorologist dari 'Pusat' bertugas di desa
tersebut untuk mengamati perubahan cuaca yang menjadi bahan pertimbangan
oleh Pusat untuk menurunkan hujan buatan. Namun hujan buatan tak
kunjung datang. Pesawatnya dipakai untuk kepentingan kampanye. Dalam
film ini tradisi lokal dihadapkan dengan teknologi modern. Ravi Bharwani
mengkomunikasikan ide cerita dengan bahasa gambar dan simbol. Impian
Kemarau kemudian menjelma sebagai cara berbicara yang puitis. Sesuai
dengan tagline film ini: A Poem of hopes, dreams and illusions, bahasa
visual yang puitis itu mampu didesain secara efektif membentuk struktur
cerita. Bukan plot linier yang utuh, sehingga yang timbul berupa
kesan/mood.
2. Seksualitas dan Kritik Sosial-Politik
Pada
dasarnya film ini bersifat menyindir. Sindiran terhadap pemerintah yang
abai terhadap nasib rakyat kecil di sebuah desa terpencil yang gersang.
Sindiran itu nampak indah dan halus namun teriakannya terasa menyengat.
Adegan wayang kulit yang ditampilkan terasa seperti aksi protes. Johan
dan segala peralatannya disindir. Bahwa janji pemerintah adalah bualan
belaka dan Johan hanyalah pengganggu di desa tersebut. Harapan itu
menjadi percuma. Pesawat yang akan digunakan untuk menurunkan hujan
buatan justru dipakai untuk menyebar pamflet dalam rangka kampanye
Pemilu. Seksualitas pun menjadi isu penting, ketika sebuah desa kering
itu butuh "hiburan". Sinden Asih adalah jawabannya. Dan saat Asih
berhubungan terlalu jauh dengan orang asing yaitu Johan, bencana datang.
Desa itu perlu disucikan/diruwat. Asih milik desa dan Asih harus
berendam di sungai pinggir desa untuk menebusnya.
3. Tembang Jawa, Pelit Dialog, Ritme Lambat, Penuh Metafora: Film "Berat"?
Film
Berat? Barangkali ya. Jika ada definisi secara harfiah atas terminologi
"Film Berat", saya akan usulkan Impian Kemarau masuk dalam golongan
terminologi tersebut. Ibarat makanan, film ini bukan makanan lembek yang
mudah ditelan. Melainkan perlu dikunyah berkali-kali untuk dapat
menelannya. To feel, not just to watch. Dialog hampir tidak ada. Yang
dominan adalah nyanyian tembang jawa sarat makna. Simbol/metafora dan
ritme yang lambat juga digunakan untuk membangun cerita. Seperti adegan
anak kecil yang memandikan boneka dengan pasir, bukan air. Pendalaman
karakter yang mumpuni serta gambar-gambar yang disajikan dengan indah
mewujudkan imaji kegelisahan karakter dan desa terpencil yang dilanda
kekeringan. Praktis dengan gaya bercerita yang segar dan unik, Impian
Kemarau langsung masuk jajaran film indonesia terbaik yang pernah saya
tonton berdampingan dengan Daun Di Atas Bantal, Sang Penari, Mereka
Bilang Saya Monyet dan Pintu Terlarang.
Cinemovie-Rate: 9/10
Note:
1. Film Impian Kemarau belum pernah tayang secara komersil di bioskop Indonesia.
2. Penghargaan yang diraih Impian Kemarau:
- Pemenang Best Film kategori Asian New Talent Award pada Shanghai International Film Festival 2004
- Nominasi Best Film pada Pusan International Film Festival 2004
- Nominasi Best Film pada Bangkok International Film Festival 2005
- Nominasi Best Film pada Vladuvostok International Film Festival
- Official Selection pada Rotterdam International Film Festival
- Official Selection pada Barcellona Asian Film Festival
- Official Selection pada Split International Festival of New Film
- Official Selection pada Cork International Film Festival
- Official Selection pada Zanzibar International Film Festival
2. Penghargaan yang diraih Impian Kemarau:
- Pemenang Best Film kategori Asian New Talent Award pada Shanghai International Film Festival 2004
- Nominasi Best Film pada Pusan International Film Festival 2004
- Nominasi Best Film pada Bangkok International Film Festival 2005
- Nominasi Best Film pada Vladuvostok International Film Festival
- Official Selection pada Rotterdam International Film Festival
- Official Selection pada Barcellona Asian Film Festival
- Official Selection pada Split International Festival of New Film
- Official Selection pada Cork International Film Festival
- Official Selection pada Zanzibar International Film Festival
No comments:
Post a Comment
Share Your Words: