Film: Opera Jawa (2006), Perpaduan Berbagai Seni dalam Sebuah Film Penuh Metafora

Sutradara: Garin Nugroho
Penulis: Garin Nugroho, Armantono
Pemeran: Artika Sari Devi, Eko Supriyanto, Martinus Miroto 

 

Review:

1. Kombinasi: Seni, Tata Artistik, Teatrikal, Tembang Jawa

Sangat artistik dan teatrikal, itu pertama kali kesimpulan saya setelah menonton Opera Jawa. Film Opera Jawa boleh dibilang sebagai adaptasi bebas dan modern dari kisah Mahabarata (Rama, Shinta dan Rahwana) yang diaplikasikan oleh Garin Nugroho ke masa sekarang dengan tampilan yang sangat Indonesia. Perpaduan berbagai seni dalam film Opera Jawa sebenernya berisiko, tiap seni punya medianya tersendiri, sehingga untuk menggabungkannya perlu ketelitian dan pemahaman yg mumpuni. Setidaknya Opera Jawa melakukannya dengan cukup baik. Teatrikal, seni musik (tembang jawa & gamelan), seni tari, seni rupa menyatu dalam film Opera Jawa. Walaupun saya pribadi berasal dari Jawa, ternyata menonton Opera Jawa saya sangat perlu bantuan subtitle Bahasa Indonesia. Semua dialog ditampilkan dalam nyanyian tembang jawa (bahasa jawa halus) penuh metafora lengkap dengan tarian serta gerakan simbolis.

 

2. Bermain Bersama Simbol dan Metafora

Simbolisasi dan metafora (seni rupa) banyak ditampilkan, seperti labirin sabut kelapa, kain merah sepanjang jalan, patung kepala manusia berwarna merah, penari bertudung saji dan lainnya. Deretan aktor & aktris tampil meyakinkan, terutama Artika Sari Devi dan Eko. Jujur saya tidak sepenuhnya paham maksud dari beberapa simbolisasi yang ditampilkan dlm seni rupa, gerakan dan tembang di Opera Jawa. Menonton Opera Jawa ternyata memang benar perlu mood yang baik, bahkan juga perlu banyak pemikiran, tidak asal telan, mungkin seperti menonton wayang.
 
 

Cinemovie-Rate: 9/10
 
 

Note:
Opera Jawa diproduksi dalam rangka 250 tahun Mozart. Film ini tidak tayang secara umum di Indonesia, hanya tayang di beberapa festival film. DVD-nya tidak rilis di Indonesia, melainkan di Belanda (karena pendanaan filmnya dr negara Eropa).