Film Pendek: MARNI (2010, Sutr. Kuntz Agus), Tragedi 1983 dan Penembak Misterius-Petrus

Sutradara: Kuntz Agus
Produser: Ajish Dibyo
Pemeran: Ajeng Patria Meilisa, Agus Triatmojo, Agra Aghasa
Durasi: 23 Menit

Review:

1. Tema yang Jarang Diangkat
Salut pada karya Kuntz Agus yang satu ini. Seingat saya jarang ada film Indonesia dengan tema sensitif seperti film pendek Marni ini. Penembak misterius atau yang dikenal dengan istilah Petrus ini bisa jadi merupakan topik yang sangat sensitif dalam sejarah perjalanan Orde Baru di Indonesia. Dalam 23 menit, film ini mampu memberikan informasi yang mungkin sebagian warga kita tidak mengetahui apa yang terjadi pada Orde Baru terutama pada tahun 1983. Waktu itu dengan dalih menjaga keamanan, beberapa orang yang dicurigai melakukan tindak kriminal ditembak secara misterius pada malam hari. Mayatnya ditemukan di jalan pagi harinya oleh kerumunan warga. Tindakan yang terorganisir ini sepertinya salah satu upaya politis pada rezimnya.

2. Tato

Suami Marni seorang residivis dan bertato. Pada kala itu, tato identik dengan kriminal dan pengganggu, serta dianggap sebagai dosa negara. Saat suami Marni menyayat kulitnya yang bertato untuk menghilangkan tatonya, Marni bertanya, “Apa ini bisa mengurangi dosamu?”. Satu dialog yang sangat melekat. Suatu hari seorang tak dikenal yang mengendarai mobil sedan berhenti di depan rumah Marni. Marni curiga. Pria tersebut meminta tolong pada Marni karena mobil sedannya butuh air. Setelah menolong pria tersebut, Marni menutup pintu dan jendela rumahnya. Dia ketakutan dan menyuruh suaminya pergi ke rumah saudaranya. Malam harinya sekelompok orang misterius memasuki rumah Marni dan berusaha mencari suami Marni. Dialog yang sempat terjadi antara Marni dan penembak misterius begitu efektif memberikan gambaran betapa polosnya Marni dan betapa terorganisirnya sistem berdalih keamanan ini. Marni hanya bisa menangis dan berteriak mengetahui suaminya yang tidak salah apa-apa tertembak.

3. Absennya Euphoria

Film ini hanya berdurasi 23 menit. Durasi yang sangat singkat untuk menceritakan potongan sejarah Orde Baru. Maklum jika tidak semua potret tragedi Petrus bisa tergambarkan dengan detail. Tidak tergambarkan keramaian warga yang mengerumuni mayat misterius di pagi hari seperti yang diceritakan kerabat-kerabat kita bahkan orang tua kita yang pernah secara langsung melihat korban Petrus. Euphoria ini absen dari Marni. Namun bukan berarti Marni menjadi pointless dan abai terhadap informasi sejarah (dalam penggambarannya mengenai Penembak Misterius). Siaran radio dan potongan surat kabar menjadi sumber informasi apa yang terjadi waktu itu. Tata artistik dalam film pendek ini juga efektif mendukung imaji mengenai suasana tahun 1983. Menurut saya pribadi, Marni termasuk salah satu film pendek penting dan terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.

Cinemovie-Rate: 9/10

Note:
Penghargaan yang diraih Marni:
- Nominasi Film Pendek Terbaik FFI 2010
- Official Selection Festival Film Solo 2011