Monday, September 24, 2012

Film: RUMA MAIDA (2009), Sejarah atau Fiktif?


Sutradara: Teddy Soeriaatmadja
Penulis: Ayu Utami
Pemeran: Atiqah Hasiholan, Yama Carlos, Frans Tumbuan, Verdy Solaiman, Wulan Guritno, Nino Fernandez




Review:

1. Sejarah atau Fiktif?
Awalnya saya berpikir film Ruma Maida akan dikemas sebagai film sejarah yang banyak mengupas tentang Laksamana Maeda. Ternyata dugaan saya salah. Ruma Maida berisi plot maju mundur yang berganti-gantian dari rentang waktu 1928 hingga 1998. Waktu itu pada masa sebelum kemerdekaan, terdapat sosok tentara berdarah campuran bernama Ishak Pahing yang juga menjadi pelopor kelompok musik keroncong Pulau Tenggara yang konon ceritanya merupakan cikal bakal Gerakan Non-Blok yang diprakarsai Bung Karno. Kemudian setting waktu maju ke tahun 1998 yaitu pada masa reformasi. Maida, seorang mahasiswi idealis berusaha mempertahankan sebuah rumah tua untuk tempat belajar anak-anak jalanan. Rumah tua tersebut akan diambil alih oleh pemiliknya, Dasaad Muchlisin, dan akan diubah fungsi menjadi pusat pertokoan/bisnis dengan desain baru yg modern minimalis. Setting waktu mundur lagi pada jaman penjajahan Jepang, dimana seorang tentara mata-mata dari Jepang yang berpura-pura berprofesi sebagai fotografer menangkap Ishak Pahing dan menyiksanya. Sampai disini batas antara sejarah dan fiktif itu kabur. Susah dibedakan mana sejarah, mana fiktif.


2. Berlebihan
Film ini "banyak maunya", hendak berbicara segi-banyak. Jika kemauan-kemauan itu bisa digali dengan baik, hasilnya akan baik pula. Namun segi-banyak yang dimiliki Ruma Maida ini seperti hanya menjadi tempelan. Terlalu didramatisir. Adegan chaos Mei 1998 digambarkan terlampau indah walaupun adegan diskriminasi juga digambarkan. Karakter-karakter yang ada di Ruma Maida hampir semuanya tidak berkesan. Karakter Bung Karno pun seperti hilang wibawa. Percintaan Maida dan Sakera (arsitek Dasaad Muchlisin) juga kurang meyakinkan. Sampai adegan pernikahan pun juga berlebihan. Belum lagi plot cerita ditemukannya bunker rahasia di rumah tua tersebut sebagai kunci penyelesaian film. Seolah-olah Maida dan Sakera berhasil menemukan harta karun dengan petunjuk dari orang-orang jaman perang kemerdekaan. Semakin 'bermimpi', ketika Maida yang berusaha mengungkap tentang masa lalu Dasaad Muchlisin, langsung di depan Dasaad. Mengingat Dasaad adalah pengusaha sukses di era reformasi yang seharusnya susah ditemui (Dasaad diceritakan sebagai sosok yang menutup diri dari sejarah). Detil artistik juga kurang diperhatikan, seperti contohnya ada mobil keluaran 2000an di setting tahun 1998. Plot unik yang secara bergantian maju mundur ini sebenarnya bisa menjadi senjata ampuh Ruma Maida. Sayang sekali, satu jam pertama yang pondasinya cukup mengesankan itu dihancurkan satu per satu oleh adegan-adegan yang secara berlebihan didramatisir.


Cinemovie-Rate: 6/10


Note:
Ruma Maida meraih 13 nominasi pada FFI 2009 tapi hanya memenangkan 1 kategori yaitu Penata Suara Terbaik FFI 2009. Nominasi lain gagal.

No comments:

Post a Comment

Share Your Words: