Wednesday, September 19, 2012

Film: Postcards from The Zoo/Kebun Binatang (2012), dalam Bulan Film Nasional 2012 Taman Ismail Marzuki Jakarta


Director: Edwin
Producer: Meiske Taurisia, Kemal Arsjad
Cast: Ladya Cheril, Nicholas Saputra, Jerapah, Macan, Kuda Nil, Gajah



 
Sinopsis:
Lana (Ladya Cheril) sejak kecil/balita ditinggal di kebun binatang Ragunan oleh orang tuanya. Lana besar bersama para binatang, petugas kebun binatang dan para tuna wisma di kebun binatang Ragunan. Lana sprti hidup pada dunia yg berbeda. Kedekatannya bersama para binatang adalah kegiatannya sehari-hari. Sahabat terdekatnya adalah Jera, seekor Jerapah. Salah satu obsesi Lana adalah memegang perut jerapah. Sampai suatu hari dia bertemu seorang Pesulap koboi (Nicholas Saputra).
Lana merasakan hal yang berbeda ketika bertemu dgn pesulap tersebut, dia kagum dan mau menuruti permintaan pesulap tersebut. Dia pergi dari kebun binatang Ragunan dan ikut si pesulap keliling kota. Lana menjadi asisten pesulap tersebut. Mereka kemudian bekerja di Planet Spa untuk menghibur para pengunjung. Pesulap tersebut kemudian menghilang. Lana beralih menjadi pemijat di Planet Spa tersebut. Akan tetapi Lana merasa dunianya bukan di Planet Spa, melainkan kebun binatang dan bersama para binatang yg selalu dia rindukan.

 
Review:
Kesan yang saya dapatkan ketika menonton Postcards from The Zoo:
  1. Dua hal yang membuat saya ingin menonton film ini, pertama prestasinya di Berlinale International Film Festival 2012 dan kedua sutradaranya Edwin, yang prnah menyutradarai Babi Buta yang Ingin Terbang (2008) dengan gaya penyutradaraannya yang khas dan non linear (diluar kebiasaan sutradara pada umumnya).
  2. Film Postcards from The Zoo berhasil mencatatkan prestasinya dalam sejarah perfilman Indonesia dimana sampai saat ini hanya 2 film Indonesia yg mampu menembus kategori Kompetisi di Berlinale, yaitu Badai Selatan (1960an) dan Postcards from The Zoo (2012)
  3. Menurut saya pribadi, film ini lumayan absurd, kompleks, tidak sesimple sinopsisnya. Edwin tidak mementingkan alur/plot. Dia menitikberatkan pada visual film.
  4. Edwin tidak menerapkan alur yang linear, dia cenderung sesuka hati menggabungkan adegan binatang dan manusia berganti-gantian tanpa korelasi yang mudah dipahami.
  5. Berbeda dengan sutradara lain yang menjelaskan idenya, Edwin tidak. Dia menyerahkan segala asumsi & kesimpulan kepada penonton dalam membaca filmnya.
  6. Dalam film ini banyak kegiatan menonton. Banyak long shot pada binatang-binatang dan pengunjung kebun binatang. Seperti angle shoot dari dalam kandang, seolah binatang tersebut sedang memperhatikan Lana dan para pengunjung Ragunan.
  7. Di tengah film banyak tulisan tentang istilah2 zoologi, tapi susah mencari korelasinya dengan adegan-adegan Lana dan binatang-binatangnya.
  8. Film ini "sepi", lambat, tidak cerewet, sedikit dialog. Penonton harus banyak bersabar. Scoring musik hanya sesekali hadir, itupun repetitif kadang ceria, kadang suram, seperti menguji kesabaran penonton.
  9. Beberapa adegan pasti tidak akan lulus sensor. Ada adegan dewasa pada scene Spa. Entah apa maksud Sutradara. Zoo yang saya tonton belum masuk LSF.
  10. Secara garis besar, film ini merupakan refleksi kehidupan sehari-hari. Apakah manusia hidup sudah sesuai dengan habitatnya ataukah belum? Sama seperti binatang-binatang pada Kebun Binatang yang sebenarnya displaced.
  11. Postcards from the Zoo dan The Raid sama-sama besar di Festival Film International, bedanya The Raid mementingkan aksi to the point dan dinamis. Zoo cenderung absurd, suram, berat dan memerlukan perenungan.
  12. Kalau kata teman saya, Postcards from The Zoo itu The Tree of Life-nya Indonesia, hahaha..


Cinemovie-Rate: 8,5/10

 
Note:
Film ini tayang di acara Bulan Film Nasional 2012 di Taman Ismail Marzuki dari tanggal 21 - 31 Maret 2012 tiap jam 19.30. (Belum tayang di bioskop umum)

No comments:

Post a Comment

Share Your Words: