Monday, September 24, 2012

Film: Rayya Cahaya Di Atas Cahaya (2012), Perjalanan Itu Berupa Kontemplasi Puitis


Sutradara: Viva Westi
Penulis Skenario: Emha Ainun Najib dan Viva Westi
Pemeran: Titi Sjuman, Tio Pakusadewo, Christine Hakim





Review:
 
1. Sarana Untuk Merenung
Seberapa jauh sebuah film dapat memberikan efek "merenung" bagi penontonnya? Mungkin Rayya Cahaya Di Atas Cahaya dapat menjadi salah satu jawabannya. Rayya meninggalkan jejak dan kesan yang dalam bagi penontonnya. Saya sangat menikmati bagaimana Viva Westi dan Emha Ainun Najib "berduet" mengemudikan kisah Rayya dan Arya dari Jakarta menuju Bali. Keindahan yang dibawa tidak hanya pada sinematografi yang membentangkan keindahan pesona alam, namun isi dialog yang disampaikan tampil penuh makna. Sebuah media renungan yang tepat bagi penonton. Rayya publik figur ternama yang sedang patah hati merencanakan suatu hal dalam perjalanan pembuatan foto dan bukunya. Arya seorang fotografer yang menemani Rayya dalam pembuatan foto dan buku Rayya ternyata juga menyimpan masalah pribadi yang masih dia pendam. Bedanya Rayya cenderung meluapkan amarahnya, sedangkan Arya lebih lihai dalam pengendalian diri. Rayya yang terlihat bercahaya di depan kamera, terlihat sangat rapuh sepanjang perjalanan. Keduanya terlihat nyaman ketika menjalani serangkaian pengalaman dalam perjalanan. Dari Rayya dan Arya, penonton diajak merenungi keikhlasan, dendam, kepercayaan, martabat dan pengendalian diri. Bahkan adegan jenaka yang sengaja diselipkan di tengah-tengah film juga patut kita renungi. Sesuatu yang kiranya sepele bagi kita, ternyata bisa menjadi hal yang serius dan berharga pada orang lain. Rayya yang tampak bercahaya, ternyata rapuh dan menyimpan gelap. Film ini menekankan pada studi karakter manusia melalui renungan-renungan yang ditimbulkannya.


2. Fungsi Puitisasi
Film dengan dialog yang puitis bisa menjadi ancaman. Apakah puitis tersebut menjadi indah atau bahkan sia-sia tanpa makna dan korelasi yang jelas? Rayya menjadi salah satu film yang tepat dalam memperagakan dialog puitis di sepanjang durasinya. Emha Ainun Najib yang berperan dalam penulisan skenario bersama Viva Westi nampaknya paham betul bagaimana menciptakan dialog penuh makna. Beruntung Titi Sjuman dan Tio Pakusadewo dapat menyambut dengan baik skenario yang disediakan. Ikatan diantara hal tersebut membentuk korelasi antara pemeranan dan naskah yang penuh jiwa. Bahkan budhe dari Arya yang diperankan dengan luar biasa oleh Christine Hakim menjadi penanda penting dalam bagian renungan Rayya. Rayya dan Arya mengajak kita menyelami kalimat penuh makna sepanjang perbincangan perihal problematika di antara mereka berdua. Permasalahan keduanya teramat personal, namun dua-duanya seolah memperoleh satu titik temu yang menyegarkan. Sesak yang selama ini Rayya dan Arya rasakan terasa berkurang. Beban menjadi lebih ringan ketika mereka berdua saling nyaman satu sama lain dan terlibat diskusi santai bahkan terkadang emosional sepanjang perjalanan. Saya setuju jika film Rayya Cahaya Di Atas Cahaya berhasil membawa penonton untuk berkontemplasi, merenungi kehidupan, bukan hanya kehidupan diri pribadi namun kehidupan orang-orang di sekitar kita. Renungan yang disampaikan secara indah, bahwa manusia harus senantiasa bersyukur, belajar ikhlas, menjaga martabat dan menghilangkan dendam. Very Deep!

Cinemovie-Rate: 8,5/10

No comments:

Post a Comment

Share Your Words: